PEKANBARU,- ( PC )- Salah satu "sunnah" atau kebiasaan YM. Abu adalah berpikir besar dan suka memancing orang lain berpikir besar. Beliau selalu berpikir besar terkait apapun yang sedang menjadi pekerjaan beliau. Ketika menciptakan sebuah produk, katakanlah materi presentasi atau rangkaian kelas beliau berpikir bagaimana materi atau kelas itu bisa menginspirasi lebih banyak orang. Dan beliau juga suka memancing orang lain untuk berpikir besar, khususnya terkait pekerjaannya. Saya ingat pernah saya bertugas menjaga perpustakaan di Surau Darul Amin dahulu, beliau berkata bahwa tugas penjaga perpustakaan itu bukan sekedar menginventarisir dan menyimpan buku, tapi penjaga perpustakaan itu bertugas memajukan cara berpikir masyarakat.
Sama halnya ketika beliau berjumpa dengan orang lain, apalagi anak muda yang usianya di bawah 50 tahun. Beliau akan menanyai soal pekerjaan atau bisnis mereka lalu biasanya bertanya: Berapa lama waktu yang diperlukan agar anda naik pangkat? Apakah anda paham pekerjaan pemimpin anda? Mampu kah anda mengerjakan pekerjaan pemimpin anda? Kalau berjumpa pelaku bisnis mungkin beliau akan bertanya: Bagaimana agar produk anda lebih bermanfaat bagi banyak orang? Apa yang bisa anda lakukan agar bisnis anda menyentuh lebih banyak orang? Apa yang bisa anda lakukan agar masalah anda selesai? Intinya, beliau suka memancing orang lain berpikir besar melampaui situasi mereka saat ini. Tak heran, banyak orang yang kemudian terinspirasi dan benar² naik karier/bisnisnya setelah berjumpa beliau.
Tentunya berpikir besar saja tidak cukup, ia harus disertai dengan berbuat besar. Berpikir besar hakikatnya adalah visi untuk melampaui situasi hari ini. Sedangkan berbuat besar adalah mewujudkan visi besar itu. Ketika kita dipancing, bisa kah kita mengerjakan setengah pekerjaan pemimpin kita? Bisa kah kita memberi lebih banyak manfaat dibanding rival bisnis kita? Itu berpikir besar. Ketika kita mewujudkannya, itu berbuat besar. Inilah rahasia orang² muda yang mencapai karier tinggi atau ekspansi bisnis yang lebar. Mereka berpikir dan berbuat besar. Sebaliknya ini yang tidak ada pada orang yang hidupnya stagnan atau "mampet" rezekinya; mereka tidak mau berpikir dan berbuat besar, mereka puas dengan mengeluh, berpikir kecil dan berbuat kecil.
Akhirnya, berpikir dan berbuat besar saja tidak cukup. Harus disertai pula dengan berjiwa besar. Berjiwa besar adalah tentang kemauan tunduk pada Tuhan dan kemauan menyentuh hati manusia. Berjiwa besar artinya keimanan dan kepasrahan pada Tuhan Yang Maha Esa, dan cinta kasih yang tulus pada umat manusia. Berjiwa besar adalah tentang spiritualitas. Berpikir dan berbuat besar tanpa menyertakan jiwa besar hanya menghantarkan kita pada derajat "binatang intelektual" seperti uraian sains. Kita sampai pada derajat "manusia," makhluk Tuhan yang paling mulia adalah dengan berpikir, berbuat dan berjiwa besar. Wallahua'lam.
YM Ustaz
28/12/2024
18:17 wib
Komentar
Posting Komentar